Laporan Praktikum Kimia : PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PEMBUATAN DAN PENENTUAN
KONSENTRASI LARUTAN
I.          TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah diharapkan praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.

II.        TINJAUAN PUSTAKA
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fase dengan gas, padatan, atau cairan lain, kesetimbangan ini sering kali menunjukkan efek yang menarik yang ditentukan oleh bobot molekul zat terlarut (Oxtoby, 2001).
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
1.Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.
2.      Persen Berat
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
3.      Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.

4.      Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
5.      Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-. Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan:
N = M x valensi (Anonim1,2009).
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1.000 g pelarut murni, sedangkan fraksi mol menyatakan perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen (Syukri,1999).
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupuntitrant biasanya berupa larutan (Anonim2, 2009).
Selesainya suatu proses reaksi dapat dilihat dari perubahan warna, jika warna larutan sudah berubah maka tercapailah suatu titrasi. Indikator merupakan asam dan basa kedua dalam larutan yang dititrasi. Penyebab warna berubah adalah karena indikator lebih lemah dari pada asam atau basa  analit, sehingga indikator bereaksi terakhir dengan titrat (Suardhana, 1986).


III.       ALAT DAN BAHAN
A.    Alat – alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, labu takar dan buret.
B.     Bahan – bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam klorida pekat, larutan natrium hidroksida 0,1 M, pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1 m, indikator metil merah, indikator phenoptalein, indikator metil orange, dan akuades.

IV.       CARA KERJA
A.  Pembuatan Larutan A
1.      Gelas ukur kosong ditimbang, catat beratnya.
2.      Ambil 4,5 mL larutan asam klorida pekat dengan menggunakan gelas ukur yang telah ditimbang dan pipet tetes. Lakukan dalam lemari asam.
3.      Labu takar ditimbang 100 mL yang kosong, catat beratnya. Isi labu takar tersebut dengan sekitar 20-25 mL akuades.
4.      Perlahan-lahan, asam klorida pekat dimasukkan ke dalam labu takar. Dilakukan dalam lemari asam.
5.      Akuades dimasukan ke dalam labu takar hingga tanda batas (perhatikan, miniskus yang diamati adalah miniskus bawah). Tutup labu takar dan lakukan pengocokan hingga larutan homogen. Timbang berat labu takar yang telah diisi larutan. Larutan ini disebut larutan A.
B.     Pembuatan Larutan B
1.      Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, 20mL larutan A dipindahkan ke dalam labu takar 100mL yang baru.
2.      Akuades ditambahkan ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan HCl yang telah diencerkan ini disebut sebagai Larutan B.


C.    Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida melalui Titrasi.
I.  Titrasi dengan Indikator Metil Merah
1.      Buret  dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan NaOH yang akan digunakan.
2.      Buret diisi dengan larutan natrium hidroksida
3.      Volume awal larutan natrium hidroksida dicatat dengan membaca skala pada miniskus bawah larutan.
4.      Larutan B dipindahkan ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
5.      Indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
6.      Larutan dititrasi dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH di dalam buret hingga terjadi perubahan warna.
7.      Begitu terjadi perubahan warna yang konstan, titrasi dihentikan.
8.      Volume akhir natrium hidroksida yang tersisa dalam buret dibaca. Volume NaOH yang diperlukan dihitung untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam buret.
9.      Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.
II.  Titrasi dengan Indikator Fenoftalein
1.      Lakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan HCl encer (Larutan B) dengan larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan indikator phenoptalein
2.      Hasil yang diperoleh dibandingkan antara perlakuan dengan menggunakan indikator metil merah dan dengan menggunakan phenoptalein sebagai indikator.
D.  Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida
1.      Butiran NaOH  ditimbang dengan teliti menggunakan kaca arloji dan neraca analitik.
2.      Begitu penimbangan selesai dilakukan, segera NaOH dipindahkan dari gelas arloji ke dalam gelas beker yang telah berisi 20-25 mL akuades hangat.
3.      NaOH diaduk dengan pengaduk kaca hinnga larut sempurna.
4.      Larutan dipindahkan dari gelas beker kedalam labu takar 50 mL.
5.      Akuades ditambahkan hingga tanda batas pada labu takar. Labu takar ditutup, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut Larutan C.
6.      Digunakan pipet gondok yang sesuai, 25 mL larutan C dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL yang baru.
7.      Akuades ditambahkan hingga tanda batas. Kocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh disebut sebagai larutan D.
E.  Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi
I.    Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran
1.      Buret dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan.
2.      Buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M.
3.      Volume awal larutan HCl dicatat dalam buret dengan membaca skala pada miniskus bawah larutan.
4.      Larutan D dipindahkan ke dalam erlenmayer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
5.      Indikator metil merah ditambahkan 2-3 tetes kedalam larutan tersebut.
6.      Larutan dititrasi dalam erlenmayer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga terjadi perubahan warna.
7.      Begitu terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.
8.      Volume akhir HCl yang tersisa dalam buret dibaca. Volume HCl yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir HCl dalam buret dihitung.
9.      Titrasi dilakukan 3 kali.
II.  Titrasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan NaOH sebagai Titran
1.      Buret dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan D.
2.      Buret diisi dengan NaOH encer.
3.      Larutan HCl 0,1 M dipindahkan ke dalam erlenmayer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
4.      Indikator metil merah ditambahkan 2-3 tetes.
5.      Larutan dititrasi dalam erlenmeyer dengan NaOH encer dalam buret hingga berubah warna.
6.      Volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan HCl tersebut dihitung.
7.      Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali.
8.      Hasil yang diperoleh dibandingkan antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 sebagai titran, dan larutan NaOH encer sebagai titran.

V.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan perhitungan
I.  Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida
  1. Pembuatan Larutan A
No.
Langkah percobaan
Hasil percobaan
1.
Gelas ukur kosong ditimbang.
30,34 gr
2.
Larutan asam klorida pekat diambil dengan menggunakan gelas ukur yang sudah ditimbang dan pipet tetes.
V = 4 mL
Mr = 440,3 gr/mL
Konsentrasi = 37%
3.
Labu takar 100 mL kosong ditimbang, kemudian di isi  20-25 mL larutan akuades.
Kosong = 69,01 gr
4.
Asam klorida pekat yang telah diambil ke dalam labu takar dimasukan dengan perlahan-lahan.

5.
Akuades dimasukan ke dalam labu takar hingga tanda batas. Kemudian tutup labu takar dan lakukan pengucokan hingga larutan homogen. Timbang berat labu takar yang berisi larutan tersebut.
Berat berisi  168,31gr


Larutan A sebanyak 100 ml

b.      Pembuatan Larutan B
No.
Langkah percobaan
Hasil percobaan
1.
Pipet gondok atau pipet ukur digunakan, untuk memindahkan larutan A ke dalam labu takar 100 mL yang baru.
20 mL
2.
Akuades ditambahkan ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas.
Larutan B sebanyak 100 ml

c.                   Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi
a.       Titirasi dengan Indikator Metil Merah
Titrasi ke
Volume HCl
Volume NaOH
Perubahan warna
1
10 ml
11,2 ml
Merah muda menjadi kuning
2
10 ml
9,8 ml
Merah muda menjadi kuning
Rata-rata
10 ml
10,5 ml
Merah muda menjadi kuning

b.       Menggunakan Indikator Fenoftalein
Titrasi ke
Volume HCl
Volume NaOH
Perubahan warna
1
10 ml
10,7 ml
Bening menjadi Merah muda
2
10 ml
11,6 ml
Bening menjadi Merah muda
Rata-rata
10 ml
10,65 ml
Bening menjadi Merah muda



  1. Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida
a.   Pembuatan larutan C
No.
Langkah percobaan
Hail percobaan
1.
Menimbang butiran NaOH  menggunakan kaca arloji.
0,4 gr
Mr NaOH 40 gr/mol
2.
Memindahkan NaOH ke dalam gelas beker berisi 20-25 mL akuades.

3.
Mengaduk dan memindahkan NaOH  ke labu takar 50 ml

4.
Menambahkan akuades hingga tanda batas akhir.mengocok hingga homogen.
Larutan C
5.
Volume larutan
50 ml

                  b.  Pembuatan Larutan D
No.
Langkah percobaan
Hasil percobaan
1.
Pipet gondok yang sesuai digunakan untuk memindahkan larutan C
25 mL
2.
Menambahkan akuades  hingga tanda batas. Kocok hingga homogen.
Larutan D sebanyak 100 ml

E.  Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi
a. Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran
Titrasi ke
V HCl
V NaOH
indikator
Perubahan warna
1
9,1 ml
10 ml
Metil merah
Kuning menjadi merah muda
2
9 ml
10 ml
Metil merah
Kuning menjadi merah muda
Rata-rata
9,05 ml
 10 ml



b. Titrasi Larutan HCl dengan NaOH sebagai titran
Titrasi ke
V HCl
V NaOH
indikator
Perubahan warna
1
10ml
13,7 ml
Fenoftalein
Merah muda menjadi bening
2
10 ml
13,5 ml
Fenoftalein
Merah muda menjadi bening
Rata-rata
10 ml
13.6 ml



B. Perhitungan dan Pengolahan Data
I.    Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Pekat
Diketahui :
Massa jenis HCl       =    1,19    kg/L
Persen berat              =    37 %    (b/b)
Mr HCl pekat           =    36,5     gram/mol
             Ditanya :
a.         Massa 1 L larutan pekat HCl
b.         Massa HCl dalam 1 L larutan pekat
c.         Molaritas HCl pekat
Jawab :
a.   Massa 1 L larutan pekat HCl =  massa jenis HCl  x  1 L
                                                     =  1190 gram/­L x  1 L
                                                     =  1190 gram
b.   Massa HCl dalam 1 L larutan pekat  = persen berat x massa 1 L lar.HCl pekat
                                                                  =    37 %     x    1190 gram
                                                                  =     440,3 gram




c.   Molaritas HCl pekat    =   (massa HCl  pekat / Mr HCl pekat)
                                                                          1 L
                                          =    ( 440,3 gram  /  36,5 gram.mol-1)
                                                                        1 L                     
                                           =  12,063 mol/L

II.  Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer (Larutan A dan B)
            1.   Melalui Perhitungan Pengenceran
                              a. Konsentrasi Larutan A
Diketahui        : Molaritas HCl pekat = MHCl  = 12,063 mol/L
                                                  Volume HCl pekat    = VHCl  = 4 mL
                                                  Volume larutan A = V= 100 mL
                        Ditanyakan      : Molaritas larutan A = MA
                        Jawab              : MA   .  VA  =  MHCl   .  VHCl  
                                           MA    .  100 mL  =  12,063 mol/L . 4 mL
                                                            MA   =  0,4825 mol/L
b. Konsentrasi Larutan B
   Diketahui        : Molaritas larutan A = MA   =0,4825  mol/L
                             Volume larutan A yang diencerkan = VA = 20 mL
                             Volume larutan B = VB = 50 mL
   Ditanyakan      : Molaritas larutan B = MB
   Jawab              : M .  VA = MB  .  VB
                      0,4825 mol/L .  20 mL = MB  .  50 mL
                                       MB  =  0,193  mol/L 
            Melalui Titrasi                  
a. metil merah
               Diketahui        : Konsentrasi larutan NaOH = MNaOH = 0,1 M
  Volume rata-rata larutan NaOH yang digunakan                                                                                                                                                                                                            saat titrasi = 10,5 mL = VNaOH
                          Volume larutan HCl yang dititrasi = VHCl = 10 mL
Ditanyakan      : Molaritas larutan HCl yang dititrasi = MHCl


Jawab              : ekuivalen asam = ekuivalen basa
                               MHCl . VHCl   =  MNaOH . VNaOH
                          MHCl  . 10 mL  =  0,1 M .  10,5 mL
                                        MHCl  =  0,105 M
b. fenoftalein
Diketahui        : Konsentrasi larutan NaOH = MNaOH = 0,1 M
Volume rata-rata larutan NaOH yang digunakan saat  titrasi = 10,65 mL = VNaOH
                          Volume larutan HCl yang dititrasi = VHCl = 10 mL
Ditanyakan      : Molaritas larutan HCl yang dititrasi = MHCl
Jawab              : ekuivalen asam = ekuivalen basa
                               MHCl . VHCl   =  MNaOH . VNaOH
                          MHCl  . 10 mL  =  0,1 M .  10,65 mL
                                        MHCl  =  0,106 M
2.      Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
            Melalui Perhitungan Pengenceran
-          Konsentrasi Larutan C
                        Diketahui        : Massa NaOH = 0,4 gram
                                                  Volume NaOH = 50 mL = 5.10-2 L
                                                  Mr  NaOH = 40 gram/mol
                        Ditanyakan      : Molaritas NaOH = Molaritas larutan C = MC
Jawab              : MC = (0,4 gram/40 gram/mol-1)
                                                                        5.10-2 L
                                                         = 0,2 mol/L
-          Konsentrasi Larutan D
   Diketahui        : Volume larutan C yang diencerkan = VC = 25 mL
                             Volume larutan D = VD = 100 mL
   Ditanyakan      : Molaritas larutan D = MD
   Jawab              : MC . VC = MD . VD
                             0,2 mol/L . 25 mL = MD . 100 mL
                             MD = 0.05 mol/L
             Melalui Titrasi
-    Titrasi NaOH oleh HCl
Diketahui  : Volume larutan NaOH yang dititrasi = VNaOH
                                                                               = 10 mL
Volume HCl yang digunakan untuk titrasi = VHCl                                                   = 9,05
Molaritas HCl yang digunakan untuk titrasi = MHCl                                                                                                                         = 0,1 M
                        Ditanyakan      : Molaritas NaOH = MNaOH
                        Jawab              : ekuivalen asam = ekuivalen basa
                                                  MHCl . VHCl   =  MNaOH . VNaOH
                                                  0,1 M . 9,05 mL = MNaOH . 10 mL
                                                  MNaOH = 0,0905 M
-    Titrasi HCl oleh NaOH
         Diketahui        : Konsentrasi HCl = MHCl = 0,1 M
                                       Volume NaOH yang digunakan untuk titrasi         = VNaOH  = 13,6 mL
                                 Volume HCl yang dititrasi = VHCl = 10 mL
         Ditanyakan      : Konsentrasi larutan NaOH = MNaOH
Jawab              : ekuivalen asam = ekuivalen basa
                                   MHCl . VHCl   =  MNaOH . VNaOH
                                   0,1 M . 10 mL = MNaOH . 13.6 mL
                                    MNaOH = 0,0735 M
VI.       PEMBAHASAN
                         I.      Pembuatan Larutan NaOH
Proses standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Suatu larutan umumnya distandarisai dengan cara titrasi. Titrasi adalah proses penentuan

banyaknya konsentrasi suatu larutan dengan titran yang konsentrasinya diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah larutan tersebut.
Pemilihan suatu indikator untuk titrasi asam basa bergantung pada kuat relatif asam dan basa yang digunakan dalam titrasi. Idealnya dalam suatu titrasi titik kesetimbangan atau kesetaraan  (titik dimana tepat cukup satu pereaksi ditambahkan untuk bereaksi dengan pereaksi lain) dan titik akhir dari indikator yang dipilih haruslah identik. Indikator asam dan basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan satu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada pembuatan larutan HCl bersifat endoterm, karena suhu larutan lebih rendah dari larutan HCl. Sedangkan pada pembuatan larutan NaOH bersifat eksoterm karena suhu larutan lebih tinggi. Pada pengenceran larutan HCl dapat kita lihat terjadinya perubahan, tetapi tidak secara nyata. Sebelum diencerkan sampai sesudah diencerkan tidak terjadi perubahan warna. Perubahan hanya pada konsentrasi dan dapat diketahui dari hasil perhitungan, yaitu dari 0,5 M menjadi  0,1 M. Perubahan konsentrasi yang terjadi dikarenakan perubahan volume.
                      II.      Titrasi Asam Terhadap Basa
Pada titrasi HCl dengan NaOH 0,1 M menggunakan indikator metil merah. Indikator metil merah dipilih sebagai larutan indikator karena mempunyai perubahan warna yang sangat signifikan atau sangat mencolok dalam suasana asam. Perubahan warna yang terjadi pada titrasi yaitu dari warna merah muda menjadi warna kuning. Volume rata-rata dari proses titrasi ini adalah 10,5 ml, maka dari hasil perhitungan dapat diperoleh normalitas HCl 0,105 M. Sedangkan, pada titrasi larutan HCl dengan NaOH 0,1 M menggunakan indikator phenophtalein. Indikator phenoptalein dipilih karena mempunyai perubahan warna yang signifikan dalam suasana basa. Perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna bening menjadi warna merah muda. Volume rata-rata dari proses titrasi ini adalah 10,65 ml,  maka dari perhitungan diperoleh normalitas HCl 0,106 M. Dari hasil tersebut, nilai normalitas lebih besar dengan menggunakan indikator penophtalein.

                   III.      Titrasi Basa Terhadap Asam
Titrasi Larutan NaOH dengan larutan HCl 0,1 M  sebagai titran  menggunakan indikator metil merah. Indikator metil merah dapat bereaksi dengan asam maupun basa.  perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna kuning menjadi warna merah muda. Volume rata-rata pada proses titrasi ini adalah 9,05 ml, maka dari proses perhitungan diperoleh hasil konsentrasi NaOH sebesar 0,0905 M. Reaksi dari titrasi ini adalah :
                           NaOH  +  HCl        NaCl    +   HO
  Pada titrasi larutan HCl 0,1 M  dengan  NaOH sebagai titran, perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna merah muda menjadi warna kuning. Volume rata-rata proses titrasi adalah 13,6 ml, maka diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,0735 M.
                           HCl     +     NaOH              NaCl    +     HO

VII.      KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal berikut :
1.      Larutan bisa dibuat dengan melarutkan zat terlarut yang berada dalam
      bentuk padatan dan mengencerkan suatu larutan pekat.
2.      Dari hasil perhitungan, titrasi menggunakan indikator metil merah adalah 0,105 M dan titrasi dengan menggunakan indikator phenophtalein yaitu 0,106 M. Sedangkan pada titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai titran, M NaOH = 0,0905 M dan pada titrasi HCl dengan larutan NaOH sebagai titran, M NaOH = 0,0735 M.
3.      Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.
4.      Titrasi merupakan cara untuk menghitung konsentrasi suatu larutan dengan menghitung volume titran yang digunakan.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2009. Konsentrasi Larutan
http://www.chem-is-try.org
diakses pada tanggal 28 Oktober 2009

Anonim2. 2009. Titrasi asam basa
http://rumahkimia.wordpress.com
diakses pada tanggal 28 Oktober 2009

Oxtoby,G.2001.Prinsip-Prinsip Kimia Modern.Erlangga:Jakarta
Suardhana, L. 1986. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2Bandung . ITB.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Laporan Praktikum Kimia : PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN"

Post a Comment