Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan

A. Pengertian
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada di dalam proses manajemen Keperawatan.
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, dan pendapat dan memberikan nasihat dimana terjadi antara dua orang atau lebih bekerja bersama.Komunikasi juga dapat diartikan suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
Komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk atau memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para para komunikator dan konteks sosialnya”. (Cutlip, 2007:225)
(Ahmad Elqorni, Komunikasi dan Opini Public, 23-12-2009)

B. Model Komunikasi
• Komunikasi tertulis : Publikasi perusahaan, Surat-menyurat ke staf, pembayaran, jurnal
• Komunikasi secara langsung : Komunikasi secara verbal dengan atasan, atau bawahan atau dengan pihak lain.
• Komunikasi non-verbal : Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, dan sikap tubuh.
• Komunikasi via telepon
(Doc Stoc, Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan, 23-12-2009)

C. Tahapan proses Komunikasi Kelompok
1. Sumber Komunikasi
Langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna.
2. Pengkodean (encoding)
Mengubah satu pesan komunikasi menjadi bentuk simbolik. Empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan, dan system social budaya.
3. Pesan (Apa yang dikomunikasikan)
Dipengaruhi oleh kode/kelompok symbol yang kita gunakan untuk mentransfer makna, isi dari pesan itu sendiri dan keputusan yang kita ambil dalam memilih dan menata baik kode maupun isi.
4. Saluran (channel)
Medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan. Medium dipilih oleh sumber, yang harus menentukan saluran mana yang formal dan informal.
5. Pendekodean
Penerjemah ulang pesan komunikasi seorang pengirim. Penerima merupakan sasaran arah pesan itu tapi sebelum pesan dapat di terima, symbol-simbol harus di terjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima.
6. Penerima
7. Umpan Balik
Tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan kedalam system guna memeriksa kesalah pahaman, umpan balik merupakan suatu penentu apakah pesan itu telah dipahami.
(Stephen Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 6 – 7)

D. Teori Analisa Transaksaksional (Analisa Struktural)
Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan psikoterapi yang menekankan pada hubungan interaksional, dapat digunakan untuk terapi individual, terutama untuk pendekatan kelompok. (Eric Berne, 1960).
Analisis transaksional terdiri dari teori pengorganisasian kepribadian yang diterapkan melalui proses analisis struktural, serta dilengkapi dengan interaksi manusia yang tergambar dalam wacana analisis transaksional. Target yang ingin dicapai adalah adanya tingkat kesadaran yang membuat seseorang mempunyai kemampuan mental untuk membuat keputusan-keputusan baru berkaitan dengan tingkah laku ke depan dan arah yang akan dituju dalam hidupnya.
Konsep teori kepribadian dalam analisis transaksional :
 Status Ego :
• Ego Anak
Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu melakukan, berperasaan, bersikap seperti yang individu lakukan pada waktu masih kecil, maka individu tersebut dalam status ego anak. Setiap individu akan mempunyai pengalaman dan masa kanak-kanak yang berbeda-beda, maka status ego anak untuk setiap individu akan berbeda.
• Ego Dewasa
Jika individu bertigkah laku secara rasional, melakukan testing terhadap realita, maka individu tersebut dikatakan dalam status ego dewasa. Pengalaman-pengalaman belajar yang didapatkan antara individu yang satu dengan yang lain berbeda, mengakibatkan status ego dewasa juga berbeda. Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
• Ego Orang Tua
Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dikatakan dalam status ego orang tua. Oleh karena setiap individu mempunyai pengalaman pendidikan, sikap, pandangan dan pendapat yang khs dari kedua orang tuanya, maka setiap individu akan berbeda status ego orang tuanya. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
(Indoskripsi, Transaksional, 23-12-2009)

E. Life Position (Posisi Hidup)
Belaian meupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu. Belaian ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial dan menyehatkan. Belaian ini tidak hanya dibutuhkan dan terjadi pada anak, akan tetapi juga pada masa dewasa dan belaian yang diterima atau yang diberikan akan menguatkan posisi hidup seseorang.
Ada empat dasar posisi hidup :
1. I’m OK – You’re OK.
Posisi ini merefleksikan bahwa individu mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya pada orang lain. Individu tidak takut berhubungan dengan orang lain.
2. I’m OK – You’re not OK.
Posisi ini merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa superior, merasa mempunyai hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya.
3. I’m not OK – You’re OK.
Posisi ini merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi kebutuhannya dan merasa bersalah. Posisi ini merupakan posisi yang paling umum yang biasa disebut depresif. Individu merasa bersalah, inferior, depresi, ketidakpercayaan dan rasa takut.
4. I’m not OK – You’re not OK.
Posisi ini merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan orang lain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif, individu akan menyerah dan merasa tidak berdaya.
(Indoskripsi, Transaksional, 23-12-2009)

F. Penerapan Manajemen bagi Analisa Transaksional
Analisa transaksional memiliki implikasi bagi manajemen keperawatan. Karena seorang manajer harus mewujudkan sasaran kerja melalui usaha orang lain. Komunikasi merupakan sarana pelengkap yang dapat berlangsung tak pasti, karena komunikasi bersilang cenderung mematahkan komunikasi dengan cepat, sehingga seorang manajer harus menyesuaikan keadaan egonya untuk saling melengkapi transaksinya dengan supervise.
Manajer sebaiknya sadar bahwa asal semua jawaban anak dan orang tua adalah posisi yang tidak OK yang memulai kehidupan seseorang. Metode tradisional pendidikan keperawatan mempengaruhi jenis masalah transaksional tertentu. Kehausan suatu belaian yang berkepanjangan mendorong permainan, karena pengadaan belaian negative lebih baik dari pada tidak mendapatkan belaian sama sekali.
Seringkali perawat mengalami masalah transaksional dengan para dokter. Karena otoritas yang di berikan pada anggota profesi keperawatan sangatlah rendah sehingga dokter lebih menguasai / berkuasa.
Analisa transaksional merupakan proses yang dimaksudkan untuk memperkuat dan mendorong keadaan ego dewasa untuk menguji coba kenyataan dengan lebih efektif, memperkirakan akibatnya, dan membuat pilihan yang diinformasikan.
(Gillies, Manajemen Keperawatan, 1989, Hal. 245 – 249).

G. Kegiatan Perawat yang memerlukan komunikasi adalah :
a. Komunikasi saat timbang terima
Komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta respon pasie yang terjadi.
b. Interview/Anamnese
Komunikasi dengan tujuan untuk memperoleh data tentang keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung masalah yang dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan dengan akurat. Anamnese ini bisa dengan pasien, keuarga, dokter dan tim lainnya.
 Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat dalam komunikasi ini :
• Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat.Ciptakan suasan yang hangat dan kekeluargaan
• Hindari Interupsi
• Hindari respon dengan kata hanya ya dan tidak (perawat kurang tertarik degan topik yang dibicarakan)
• Jangan memonopoli pembicaraan
• Hindari hambatan personal (Jika perawat menunjukan rasa tidak senang pada klien, maka hasil yang didapt tidak optimal)


c. Komunikasi melalui komputer
Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat didapatkan dengan menggunakan internet bila perawat mengalami kesulitan dalam menangani masalah klien
d. Komunikasi tentang kerahasiaan
Pasien yang masuk menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada Institusi. Oleh karena itu perawat harus berusaha menjaga dengan baik.
e. Komunikasi melalui sentuhan
Metode ini merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat juga dapat sebagai terapipagi pasien, khusunya pasien dengan depresi, kecemasan dan kebingungan, dalam mengambil suatu keputusan.
f. Dokumentasi sebagai alat komunikasi
Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh perawat.
g. Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi yang baik akan menungkatkan hubungan professional antar perawat dan tim kesehatan lainnya : dokter, ahli gizi, fisioterapis, dll.
(Doc Stoc, Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan, 23-12-2009)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan"

Post a Comment